Fanfic Lucu Akatsuki : Halal? A naruto Fanfiction

Halal?
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Author: Vinara 28
Genre: Romance, Humor.
Pair: Akatsuki, (Kakuzu X OC)
Warning: OOC, Gaje, Absurd, Humor garing, Romance ngambang, DLDR. NO Flame. DWWL (Dan Warning-Warning Lainnya)

Ia tidak pernah berpikir bahwa mencari uang itu sulit. Segala yang diinginkan selalu didapatkan. Hidup mewah, tidak perlu susah-susah bekerja. Uang selalu mengalir di tangannya.
Layaknya raja.
Kakuzu, bendahara Akatsuki, kini menjalani hari yang tak biasa.
Di tengah teriknya matahari, ia masih menempa batu-batu besar di pinggir jalan. Bangunan besar nan tinggi yang belum sempurna menjadi backgrone. Keringat bercucur hingga tangannya yang kekar kesulitan menggenggam palu besar.
Beginikah rasanya mencari uang? Pikir Kakuzu pilu. Tumpukan batu masih menanti untuk diselesaikan. Tangan kekar kehitaman itu kembali meraih palu besar dirasa keringat mulai berkurang.
Sembilan pasang mata menatap pilu. Dia benar-benar berubah. Pikir mereka. Beberapa diantaranya menitikan airmata. Masih tercetak di benak mereka bagaimana sifat asli sang bendahara tersebut.
Kikir. Pelit. Perhitungan. Teliti. Tamak. Begal. Mata duitan. Licik. Dan sifat buruk lainnya.
Tak terhitung berapa jumlah uang yang sudah terkuras dari saku mereka karena ketamakan Kakuzu. Rasa syukur bergelayut di hati, laksana bisul yang sudah pecah. Penyakit bulanan yang selalu datang kini tak lagi datang. Padahal mereka sudah menyiapkan nominal yang selalu bertambah tiap bulannya untuk membayar uang kas. Sungguh sebuah anugrah.
Keajaiban ini terjadi hanya karena satu kata sakral.
'Halal.'
Kakuzu ingin mendapatkan uang dengan cara yang halal. Puji dewa Jashin, Hidan menangis haru seraya bersujud atas nikmat yang diberi oleh dewa Jashin. "Ini semua karena Jashin!" Hidan berteriak penuh syukur.
"Bukan Jashin, tapi Jasmin."
Nafas memburu sangat lelah. Tangan kekar itu mengusap pelipis sambil sesekali mengibaskan angin di lehernya. Ia menatap teman-teman yang tengah memasang wajah 'haru'.
"Itu janjiku padanya," Lanjut Kakuzu. Matanya menerawang ke langit. Hamparan awan putih menutup langit biru membuatnya mengingat satu-satunya wanita yang mampu membuatnya berdebar. "Dia sudah menyadarkanku."
Pria berambut orange model duren tak mampu menahan bulir airmatanya. Digigitnya saputangan untuk menahan isakan. "Aku memujamu," ujar sang pimpinan Akatsuki sembari bersujud di depan Kakuzu.
Kakuzu menghampii Pein, diraihnya lengan kokoh yang terbungkus jubah awan merah. "Jangan memujaku, aku hanya hamba yang penuh dosa. Pujalah sang pemilik alam semesta ini, karena Dia sang pemberi nikmat."
"Kakuzu!"
Sontak seluruh anggota akatsuki memeluk Kakuzu erat. Tak disangka, wanita yang ditemui Kakuzu di sosial media. Lebih tepatnya di Facebook. Sudah benar-benar merubah Kakuzu.
Hidan tak memeluk Kakuzu lantaran airmata yang tak terbendung lagi. "Kau mencuri peranku." Isakannya makin keras. Jika Kakuzu berubah menjadi alim, lalu bagaimana dengan Hidan? Apa dirinya harus berubah menjadi mata duitan?
"Kau benar-benar sudah berubah, aku bangga padamu." Menyesap ingus yang mengalir di hidungnya. Ketua akatsuki itu kembali memeluk Kakuzu.
"Senpai menjadi panutanku." Bocah loli melepas topengnya tanpa sadar membuat yang lain harus terkena serangan jantung.
"Kakuzu, berikan tips agar semua anggota bisa berubah sepertimu." Pein memasang wajah melas. Siapa tahu saja semua anggotanya bisa berubah waras.
Tidak ada yang tahu, bukan?
"Perubahan itu datang karena cinta!" tangan kekar Kakuzu menengadah ke langit menerawang wajah ayu yang terbungkus cadar.
Tiga bulan yang lalu.
Dengan uang hasil 'rampasan' bulanan yang kini sudah naik menjadi 99%. Kakuzu mengibaskan uang tersebut ke wajahnya. Menikmati sepoi surgawi.
"Inilah hidup," ujarnya. Matanya hijaunya tak berkedip menatap tumpukan uang tersebut.
Di sebelah mahluk laknat itu tersimpan persegi empat tipis yang sempat ia beli saat melewati pasar. Smartphone. Otaknya yang bodoh tentu tak sepintar handphone masa kini tersebut.
Kepintaran yang secuil ia pakai untuk berpikir. Barang kali ia bisa merubah teman-teman akatsuki-nya menjadi pintar 'Smart' dengan benda persegi tersebut.
Jadi dia membeli itu tanpa tahu kegunaannya. Kau benar-benar mahluk laknat!
"Senpai, Tobi ingin beli permen." Bocah loli merangkak tak berdaya melihat sisa hasil usaha miliknya kini di tangan Kakuzu. "Tobi tidak punya uang lagi. Huueee." Rengeknya makin menjadi.
Kakuzu mengabaikan rengekan Tobi. Ia mengusap-ngusap benda tersebut. Layarnya masih gelap. Dia tidak tahu bagaimana memakai benda itu.
"Benda laknat macam apa ini?" tanyanya emosi. Bahkan hanya meng-aktif-kannya pun Kakuzu tidak tahu.
Tak jauh dari sana, segala macam dedemit tampak tak bernyawa. Wajah mereka putih pasi, dengan pipi tirus dan pandangan mata kosong. Ingus bertengger di lubang hidung mereka. Kerja keras selama ini sia-sia. Tidak ada sepeser uang pun yang mereka pegang.
"Majalah hentai.."
"Ikan.."
"Krim anti kerut.."
"Bunga bangke.."
"Sempak jashin.."
"Kertas origami.."
"Petasan cabe-cabean.."
"Barbie.."
"LOLY.."
Gumaman-gumaman tak jelas bagaikan mantra yang semakin membuat Kakuzu geram. Ia membanting benda tersebut, yang konon katanya dinamakan 'Smartphone'.
Tak diduga, benda tersebut menyala, menampilkan sinar harapan dari sang dewa. Mata Kakuzu terpana, ia tak berkedip menatap sinar tersebut.
Pun dengan yang lainnya. Mengerubuni benda ajaib yang baru dibeli Kakuzu dengan uang mereka. "Huuooo.." mulut mereka kompak membulat.
"Puja dewa Jashin!" teriak Hidan sambil menyembah handphone tersebut.
Norak!
"Benda apa ini senpai?" Tobi menunjuk-nunjuk smartphone dengan mata berkilau. Tak sengaja jarinya menyentuh layar tersebut. Bunyi aneh terdengar lantaran Tobi menekan menu mp3.
Kesepuluh dedemit itu langsung kabur, ada yang tiarap di bawah kolong pun ada yang naik di atap. Ckckck. Sungguh norak!
Kekonyolan mereka tak hanya itu saja. Kini di markas akatsuki begitu ramai lantaran Kakuzu memasang alarm tiap kegiatan.
Mau makan, mau minum, mau tidur, bangun tidur, mandi, poop, main, bekerja, beribadah. Semua sudah dijadwal dan diberi pengingat. Lagu 'Sakitnya tuh di sini.' Sebagai nada pengingat wajib. Ketika lagu tersebut mengalun, sontak mereka goyang dumang.
Nista sekali!
Di mana-mana Kakuzu menenteng handphonenya. Layaknya rentenir, ia bergaya sok cool dan sok keren. Kadang ia pakai untuk menelpon, padahal di daftar kontaknya tidak ada satu nomor pun. Tak jarang saat ia tengah pura-pura menelpon alarm berbunyi langsung menulikan telinganya.
Ketika semua mulai bosan dengan alarm sakitnya tuh di sini, Kakuzu menemukan sesuatu yang menurutnya seru.
Kadang Kakuzu terlihat tengah senyam-senyum sendiri, tak jarang pula kepergok tengah tertawa ngakak sampai gulung-gulung di lantai. Bahkan kadang mereka melihat Kakuzu tengah menitikan airmata.
Setelah berembuk dan musyawarah mufakat bersama—tanpa kakuzu— mereka memutuskan bahwa Kakuzu sudah gila.
Tanpa mereka tahu, Kakuzu tengah menikmati dunia Fanfic. Kini dia tahu apa itu genre, pair, rate, dan tetek-bengek serba-serbi fanfic lainnya.
Pair kesukaannya tentu pasangan yang sudah canon—Naruhina—Dua pasang sejoli ini mampu membuat Kakuzu menangis saat membaca genre tragedy dan angsh. Akhir-akhir ini tak jarang Kakuzu mampir ke fandom pair Gaahima. Meski crack pair Kakuzu menikmati alur percintaan Gaara dengan Himawari. Sayangnya hanya author yang bernama 'Vinara 28' yang membuat FF dengan pair itu. Tak adakah author lain yang mau membuatnya? Setidaknya satu saja Kakuzu ingin membaca pair itu dari author lain.
Miris nasibmu, nak!
Tak berhenti dari Fanfic, kini Kakuzu merambat ke dunia Facebook. Dunia yang konon katanya seperti labirin. Orang yang masuk dan menjadi candu susah untuk keluar. Mungkin, kah?
Di sana Kakuzu bertemu dengan seorang akhwat berjilbab dan bercadar. Kakuzu tidak pernah melihat wajah sang gadis karena selalu memakai cadar, layaknya dirinya.
Kakuzu bercadar, wanita itu pun bercadar. Jodoh, kah?
Jasmin namanya. Wanita keturunan Arab yang jago berbahasa Indonesia membuat Kakuzu terpikat meski ia hanya bisa berbahasa Jepang.
Eh? Bagaimana cara berkomunikasinya?
Hanya mereka yang tahu!
Dengan hati yang ragu akhirnya Kakuzu memberanikan diri untuk menginbox wanita pujaannya.
"Hi?"
Seperti kebanyakan bule lainnya kalau inbox dengan wanita asing pasti nyengir, 'Hi' lafalkanlah, tidak ada kalimat 'Hi' yang tak kelihatan giginya.
Jasmin membalas sapaan Kakuzu dengan bahasa Arab tentu dengan tulisan Arab.
Dalam hati, 'Eh, nih cewek kenapa malah ngaji?' Kakuzu sweatdrob.
Kata demi kata dirangkai menjadi bait puisi yang indah, tapi masih tak seindah uang yang selalu diagung-agungkan Kakuzu.
Lagi-lagi Jasmin membalas menggunakan bahasa Arab, Kakuzu menduga bahwa Jasmin tengah mengaji. Ia tak lagi membalas lantaran Kakuzu tidak mau mengganggu ibadah Jasmin.
Wanita solehah, istri idaman. Pikir Kakuzu.
Esoknya dan hari-hari seterusnya, Kakuzu terus mengirim chat pada Jasmin, lagi-lagi Jasmin membalas dengan menggunakan bahasa Arab. Entah apa itu artinya.
Hati Kakuzu semakin berdebar. Dia gadis yang ber-iman, setiap Kakuzu inbox, wanita itu selalu mengaji. "Subhanallah." Tanpa sadar Kakuzu mengucapkan itu.
Hidan mencengkram dadanya ketika tanpa sengaja mendengar gumaman Kakuzu. "Pe-pein, Kakuzu benar-benar harus diperiksakan!" teriak Hidan mengadu pada Pein. Jika Kakuzu berubah menjadi religius bagaimana dengan dia? Tamat sudah riwayat Hidan yang terkenal alim seantero jagad raya.
Hidan khawatir jika nanti tidak ada yang menyembah Jashin lagi. Padahal kenyataannya hanya Hidan yang menyembah dewa nista tersebut.
Hubungan Kakuzu dengan Jasmin semakin hari semakin dekat, meski dengan komunikasi yang seadanya. Jiwa Kakuzu pun semakin tentram karena setiap hari ia membaca tulisan arab dengan nada mengaji.
Sedikit demi sedikit Kakuzu mulai mengerti bahasa Arab. Tak jarang ia menggunakan bahasa itu di kesehariannya. Tak hanya raja mata duitan, kini Kakuzu mendapat gelar baru yaitu raja minyak. Dalam waktu singkat Kakuzu mampu membaca dengan fasih tulisan dari Jasmin.
Hari berikutnya Jasmin mulai menggunakan bahasa Indonesia. Entah apa maksudnya.
Kembali lagi dari awal. Kakuzu sampai membeli kamus besar bahasa indonesia hanya untuk mengerti bahasa dari negara kepulauan tersebut. "Oh God."
Mungkin setelah bahasa Indonesia, Jasmin akan menggunakan bahasa Korea. Jasmin tertawa laknat dari tempat yang antah-barantah.
Ada hajad besar yang ingin disampaikan Kakuzu pada Jasmin, tapi karena adanya miss komunikasi, Kakuzu selalu menundanya. Setelah bertirakat, merenung, bersemedi, sampai meminta masukan dari dewa Jashin—karena bujukan Hidan—akhirnya Kakuzu memantabkan niat mulianya tersebut.
"Begini Dek Jasmin. Rasa-rasanya Mas jatuh cinta pada Dek Jasmin. Menurut kabar dan buku yang Mas beli, mengatakan bahwa di agama islam tidak ada istilah pacaran. Jadi gini, Dek.." perkataannya terputus lantaran tanpa sengaja Kakuzu menekan tombol kirim.
"Maaf Dek kepencet, lanjut lagi, yak? Jadi gini Dek. Dek Jasmin mau tidak menjalani ta'aruf dengan Mas Kakuzu yang ganteng ini?"
Entah karena apa tiba-tiba handphone Kakuzu ngehang. Mungkin karena tidak ikhlas mengetik kata-kata 'Kakuzu yang ganteng'.
Jasmin sangat terharu mendapat niatan serius dari mas Kuz-kuz-nya tersebut. Itu panggilan kesayangan yang diberikan Jasmin pada Kakuzu.
"Mas, aku sangat menghargai niatan tulus Mas Kuz-kuz. Tapi Mas, kita kan beda agama. Mas belum sunat. Aku gak mau liat anu Mas yang belum disunat. Lagi pula Mas, aku maunya dinikahi dengan uang yang halal. Aku tahu pekerjaan Mas Kuz-kuz. Aku tidak suka pekerjaan itu. Sekarang keputusan ada di tanganmu. Kalau Mas sungguh-sungguh pada Jasmin, Mas masuk islam dan mulai kehidupan yang baru dengan uang halal. Tapi kalau Mas gak serius, lupain Jasmin."
Bagaikan tersambar petir. Kakuzu tergeletak tak berdaya dengan mulut berbusa. Ia pingsan selama tiga hari akibat kata-kata 'Mencari uang yang halal'.
Masuk islam? Oke! Sunat? Oke! Cari uang halal? Bencana. Pikir Kakuzu. Mana bisa mahluk rentenir tersebut mencari uang dengan jalan yang baik? ia pasti akan miskin seumur hidup.
Pilihan yang sulit.
Akhirnya, setelah kembali merenung, bertapa, bersemedi, dan curhat pada dewa Jashin—kali ini Hidan gak maksa. Suer— Kakuzu memutuskan menuruti semua permintaan Jasmin. Ini semua demi 'Dek Jasmin tercintanya.'
"Dek, tunggu Mas ya. Mas akan berubah seperti yang Adek minta. Mas janji akan nikahi Dek Jasmin dengan uang halal." Kakuzu mengetik kata-kata itu dengan beruraian airmata. Pasalnya ia ngetik sambil disunat oleh Hidan menggunakan sabit kesayangannya.
Poor you Kakuzu.
Seketika semua anggota akatsuki, minus Kakuzu. Berbaris, tangan kanan mereka mendekap dada bagian kiri. "Mengheningkan cipta mulai." Lagu kematian mengalun dari handphone Kakuzu.
Kakuzu bersilahturahmi di masjid agung demi menjalankan printah nomor satu, yaitu masuk islam. Segala syarat sudah terpenuhi sahadat sudah terucap, Kakuzu resmi masuk islam.
Mulia sekali.
Kini tinggal syarat terakhir.
Kakuzu memulai pekerjaan barunya sebagai kuli bangunan. Ia bekerja siang dan malam tanpa lelah. Menghancurkan dan memukul batu-batu, bayarannya pun tak seberapa, kadang Kakuzu ingin marah dan menghancurkan gedung tersebut dengan kekuatannya karena mendapat upah yang tak sesuai. Tapi ia tahan demi 'Dek Jasmin tercinta.'
"Dek, tunggu mas ya?" Kakuzu menatap langit yang mulai menggelap dengan beruraian airmata. Di tangannya terkumpul uang pecahan yang sudah lusuh hasil jerih payahnya.
"Jika kalian ingin berubah, carilah wanita seperti Jasmin," terang Kakuzu menasehati sahabat-sahabat laknatnya.
Kata-kata itu benar-benar nusuk sampai ke sumsum tulang belakang, lantaran kata-kata tersebut menyadarkan mereka bahwa mereka adalah 'JONES.' Kecuali Konan dan Pein tentunya.
Setelah berbulan-bulan Kakuzu mencari uang dengan cara yang halal. Akhirnya Kakuzu memberanikan diri untuk melamar sang pujaan hati.
Segala macam seserahan sudah dibeli, arak-arakan pun sudah disiapkan.
Kakuzu memakai kimono—baju traditional Jepang— biar dianggap dirinya benar-benar dari Jepang. Sayangnya corak yang dipakai Kakuzu sangat berlawanan dengan kulitnya yang gelap.
Roti buaya dipanggul Kisame dan Tobi. Kisame menggerutu sambil memarahi roti buaya tersebut pasalnya buaya sudah menghabiskan ikan-ikan di sungai. Saking kesalnya, akhirnya Kisame memakan habis buaya, eh, roti buaya untuk seserahan tersebut.
Tak jauh berbeda dengan Kisame. Tobi juga memakan habis roti buaya. Tidak ada alasan istimewa tentunya. Karena Tobi memang suka dengan roti.
Kakuzu salah memilih orang untuk membawa roti buaya.
Iring-iringan calon pengantin yang super absurd tersebut akhirnya sampai di kediaman Jasmin.
"Mas Kuz-Kuz datang, Dek." Kakuzu tertatih sampai merangkak memasuki rumah Jasmin, Kimono yang ia pakai pun sudah lusuh dan kotor. Tahu kenapa? Karena iring-iringan tersebut berjalan dari Jepang ke indonesia—Untuk menghemat ongkos, tentunya karena jiwa pelit Kakuzu belum benar-benar hilang. Entah memakan waktu berapa hari.
Jasmin berdiri di depan Kakuzu, terpatung melihat seonggok bangkai tersebut. Tak menyangka akhirnya hari ini datang juga. Hari di mana dia bisa melihat sosok orang yang dicintainya yang dulu dikenal dari internet. Inikah sosoknya?
Ayah Jasmin tidak mengijinkan iring-iringan Kakuzu memasuki rumah. Ia ragu jika yang datang adalah manusia atau setan? Akhirnya secara dadakan ayah Jasmin mengadakan rukiyah masal untuk mengusir setan-setan yang ada di dalam tubuh para dedemit.
Setelah sekiranya semuanya bersih dari setan, dedemit, jin, hantu, pocong, kuntil anak, sadako, dan mahluk absurd lainnya. Kini prosesi lamaran dimulai.
Lamaran berjalan dengan lancar layaknya lamaran manusia dengan manusia normal lainnya. Ingat! Manusia yang ini tidak normal, jadi akan sangat aneh jika berjalan dengan normal tanpa ada gangguan dari mahluk-mahluk tak nomal lainnya.
"Dek, Mas boleh buka cadar Adek?" pinta Kakuzu malu-malu mau.
Jasmin tersipu, ia mengalihkan tatapannya sambil memainkan jarinya. "Kan kita belum mukhrim mas, jadi nanti saja kalau kita sudah nikah. Jasmin saja tidak minta Mas Kuz-Kuz buka cadar, kenapa Mas minta?"
Masuk akal. Kakuzu tidak mau Jasmin menjerit histeris kalau dirinya membuka cadar sekarang. Kalau pun di malam pertama nanti, tentunya tak masalah karena Jasmin sudah resmi menjadi miliknya.
Hari berikutnya, acara pernikahan diselenggarakan, tanpa menunda lagi. Mengingat Kakuzu berasal dari negri yang jauh dan membutuhkan uang banyak untuk bolak-balik Jepang-Indonesia. Akhirnya diputuskan mereka melangsungkan pernikahan sehari setelah lamaran.
Semakin cepat semakin bagus, kan?
"Saya terima nikahnya Jasmin binti Jasman dengan mas kawin emas monas dibayar tunai."
"Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah!"
Puji syukur pada sang kuasa karena akad nikah berjalan dengan lancar. Sekali lagi Author ulangi, 'BERJALAN DENGAN LANCAR DAN NORMAL.' Apakah itu tidak aneh? Kemana teman-teman akatsuki yang selalu berbuat onar?
Lantaran ayah Jasmin tidak bisa menghilangkan aura suram dan horor dari para akatsuki meski sudah dirukiyah sekali pun hingga mereka kejang-kejang dan mulutnya berbusa—mungkin setan di dalam mereka ratusan— akhirnya pak Jasman mengikat kesembilan dedemit tersebut di bawah pohon beringin.
Kakuzu tak menyangka bisa menikah, bahkan mendahului anggota akatsuki yang lain. Kakuzu berpikir mungkin karena wajahnya yang ganteng. 'Oh.. senangnya hatiku.'
"Dek, bagaimana kalau sekarang?" Kakuzu terlihat malu-malu.
Keduanya duduk di tepi ranjang pengantin yang ditaburi bunga melati dan bunga kamboja. Eh? Aromanya mirip aroma pemakaman.
"Malu ah, Mas." Jasmin tak kalah malu-malu. Ia menutup mukanya, meski kenyataannya wajahnya tak terlihat karena memakai cadar.
"Mas pengen lihat loh Dek." Paksa Kakuzu mulai merayu Jasmin.
"Kalau begitu kita buka sama-sama!" usul Jasmin. Ia menguatkan diri untuk membuka cadarnya sekaligus melihat wajah suami tersayangnya.
"Uhm." Kakuzu mengagguk. "Kita hitung sama-sama." Keduanya memegang ujung cadar masing-masing.
"Tiga.."
"Dua.."
"Satu.."
Dan keesokan harinya kedua pasang pengantin tersebut ditemukan sudah tak bernyawa.

END—
Baca Juga :

Comments

Popular posts from this blog

Fanfic : The Uchisen Team chap. 1

Fanfic Naruto Milk Junkies A Mei Terumi Fanfic Chap 5

Tayangan Hiburan di Indonesia Yang Menampilkan Simbol Illuminati Group