Ini Dia, Kebohongan Manfaat Susu Sapi!
Ini Dia, Kebohongan Manfaat Susu Sapi!
Ini Dia, Kebohongan Manfaat Susu Sapi!
Seperti yang telah kita ketahui dan yang
telah kita pelajari sejak lama, bahwa kita harus mengonsumsi susu sejak
lahir hingga menutup mata (meninggal) sedangkan menurut dokter Tan
manusia hanya mengonsumsi susu sejak 0-2 tahun saja itupun hanya ASI.
Seorang dokter gizi, yaitu dr. Tan Shot
Yen, tidak pernah paham dengan alasan mengapa manusia harus mengonsumsi
susu selama usia pertumbuhan yang bukan dari ASI, apalagi sepanjang
hayat.
Semua ini hanyalah bisnis multi milyar
dollar, tentang Kebohongan Manfaat Susu yang belum diketahui khalayak
ramai. Benarkah susu sapi baik untuk kesehatan? Benarkah susu sapi baik
untuk tulang? Atau malah sebaliknya, bahwa semua itu hanya sekedar
bualan belaka?
Jika pendapat pakar (yang bisa salah bisa
benar) saja yang dijadikan pegangan, maka kepentingannya terletak
justru pada si pakar tersebut, dan apa atau siapa yang dibelanya.
Pastinya ada unsur kepentingan dibalik opini-opininya, dari pihak mana yang mendukungnya untuk menyuarakan pendapatnya itu.
Begitu pula dengan menghadapi semua
paparan, karena itu dr. Tan Shot Yen selalu menyertakan bacaan atau
sumber informasi lain sebagai pembanding, jika pembaca membutuhkannya
untuk memperluas pandangan serta cara menilai kebenarannya, sehingga
pada akhirnya kita sama-sama paham, siapa yang diuntungkan dan bukan
untuk kesehatan manusia.
“Karena itu, ilmu kesehatan sangat tidak
mungkin berdiri sendiri. Kita perlu merujuk pada antropologi, sejarah
pola hidup dan pola makan manusia, sejarah kepentingan teknologi
industri pangan maupun kesehatan, dan kembali lagi: apakah cocok untuk
kesejahteraan manusia yang optimal lahir-batin-mental-spiritual?”, jelas
dr. Tan Shot Yen.
“Saya tidak pernah paham dengan alasan
mengapa manusia harus mengonsumsi susu selama usia pertumbuhan yang
bukan dari ASI, apalagi sepanjang hayat – seakan-akan bahasanya seperti
yang sering dipakai di kalangan pergaulan anak gadis saya: “Nggak cocok?
Ya paksain aja!”, tambahnya.
Beberapa Poin Penting Yang Anda Harus Ketahui
Berikut ini adalah beberapa poin penting
yang harus anda ketahui tentang susu sapi yang selalu diyakini masih
sangat bermanfaat tak hanya bagi bayi dan anak-anak manusia, tapi juga
untuk seluruh usia dan masih dikonsumsi oleh milyaran orang di dunia.
1. Susu Bukan Konsumsi Alamiah Untuk Selamanya
Kita perlu belajar dari hewan menyusui.
Bahwa susu hanya cocok sebagai “makanan antara”, ketika bayinya belum
sanggup mengunyah dan mencerna. Begitu bisa tegak, berjalan, mencari
makan dan mampu mengunyah makanan padat, maka susu bukan lagi konsumsi alamiahnya.
Hal ini bukan berarti bahwa kita
menyamakan manusia dengan hewan menyusui, tapi kita harus dan merasa
perlu belajar dari alam, fakta dan menyadari berbagai unsur permainan
“kepentingan yang lain” di balik jargon kesehatan yang hanya dipakai
untuk nilai jual.
Faktanya, enzim pencernaan manusia untuk
mencerna susu juga sudah mulai menyusut pada usia 2-3 tahun. Bersamaan
dengan itu, gigi manusia pun sudah komplit di usia dua tahun. Lepas dari
susu, kunyah makanan padatnya.
2. Untuk manusia, alam tidak menyediakan susu apa pun, selain Air Susu Ibu (ASI)
Alam tidak menyediakan susu apa pun
selain ASI untuk konsumsi manusia. Susu sapi hanya untuk generasi
penerus sapi. Susunannya pun sama sekali tidak cocok untuk manusia.
Sekali lagi, komposisi susu sapi hanya
untuk membuat anak-anak sapi gemuk, bertulang besar, tidak perlu pandai,
apalagi menikmati umur panjang. Artinya, susu sapi alami sama sekali
tidak cocok untuk manusia.
Karena “dipaksakan” supaya cocok, maka
agar tidak mengandung bakteri, manusia melakukan sterilisasi susu antara
lain dengan pasteurisasi (pasteurizing). Efek sampingnya?
semua zat gizi susu rusak total, karena itu setelah proses sterilisasi
perlu diimbuhkan atau ditambahkan berbagai zat alin supaya kelihatan
“bergizi”, proses pasca sterilisasi inilah membuat heboh ‘menyusup’nya
bakteri.
Begitu pula agar kolesterol susu sapi
yang tinggi tidak membuat manusia kegemukan dan naik kolesterolnya, maka
ditemukanlah teknik yang membuat agar susu sapi mendapat istilah
‘skim’, karena minyaknya ditarik atau diambil. Efek sampingnya? manusia
tetap gemuk!
Karena bukan melulu kolesterol yang
bermasalah, tapi gula susu (Laktosa) dan keasamannyalah yang membuat
tulang justru semakin keropos! Supaya “cocok” juga untuk kebutuhan
kecerdasan anak manusia, maka ada pemaksaannya lainnya yaitu melalui
jalur teknologi.
Susu sapi yang miskin gizi itu
ditambahkan zat-zat/asam amino yang diduga sebagai bagian dari kebutuhan
perkembangan saraf dan otak. Padahal, kecerdasan lebih dari sekedar
Asam Amino atau zat yang diimbuhkan tersebut.
Kecerdasan anak berkaitan sangat erat
dengan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) saat anak mengintegrasikan kecerdasan
pertamanya secara instinktual untuk merayap dan menemukan puting susu
ibu selepas dilahirkan, sekaligus gerakan merayap tersebut menyelesaikan
dan mengintegrasikan refleks-refleks primitifnya!
Kecerdasan terletak pada antibodi prima
manusia yang alami, yang hanya terdapat dalam ASI hingga usia 2 tahun
saja. Kecerdasan juga berhubungan dengan pematangan “sambungan-sambungan
sistem syaraf” dari tiga susunan otak manusia yang terdiri dari:
• Reptilian Brain, yang primitif: hanya mengurus sistem pertahanan diri/survival.
• Mamalian Brain, yang berfungsi mengenali cinta, rasa aman, peduli, kekeluargaan.
• Neo-Mamalian Brain, yang setelah usia 6 tahun baru dapat mengenal istilah cara pikir ‘rasional’.
Kecerdasan manusia bukan melulu tentang
pandai berhitung dan berbahasa asing, tapi cerdas secara emosional dan
spiritual. Sehingga yang membuat manusia maju dan makmur bukan hanya
mereka yang ber IQ (Intelligence Quotient) tinggi, tapi juga ber EQ (Emotional Quotient) tinggi, sehingga mampu menjalin relasi, serta ber SQ (Spiritual Quotient) yang membanggakan, sehingga mampu bersyukur, berhubungan mesra dengan Penciptanya. Nah, mana ada anak sapi yang bisa begini?
3. Susu selain ASI bukan satu-satunya sumber Kalsium
Jika argumen
bahwa susu diasup sebagai sumber kalsium yang dipercaya menguatkan
tulang, maka perlu ditegaskan kembali: Apakah hanya susu satu-satunya
sumber Kalsium?
Kita harusnya
mencurigai ‘nasehat-nasehat’ yang menganjurkan orang agar selalu minum
susu yang akhirnya hanya sebatas karena penelitian yang sangat sepihak,
bahkan sangat kadaluwarsa, dan celakanya: karena ‘kepercayaan’ seri
nutrisi jaman penjajahan Belanda yang masih berurat akar.
Tulang pun
menjadi kuat bukan semata-mata hanya karena Kalsium. Melainkan kita
perlu mengasup Magnesium, Seng (Zinc), Boron, Mangaan, Provitamin D-3,
dan lainnya.
Nenek moyang
kita sebelum mengenal pabrik susu tidak pernah menderita patah tulang
akibat keropos sebelum waktunya. Mengapa itu bisa terjadi? Sekali lagi,
karena mereka mengonsumsi makanan alam yang dikunyah, yang juga dapat
memperkuat tulang selepas susu ibu di atas 2 tahun!
Kita juga harus mengetahui, bahwa mengonsumsi satu cangkir Selada Bokor (iceberg lettuce)
dapat memberikan kekuatan tulang yang dihari tua, dan mencegah
terjadinya patah tulang panggul! Hal ini telah dirisetkan oleh para ahli
dari Harvard University, Amerika Serikat yang melibatkan 72.000 wanita.
Kalsium pada susu yang bukan ASI, sekali lagi ditegaskan: TIDAK DIKENAL oleh tubuh manusia. Oleh karenanya bersifat “Non-bio-available”, jadi, bukannya membuat tulang lebih kuat, malah kalsium akan ‘nyasar’ ke tempat yang salah.
Dan tempat yang paling sering menjadi sasaran pendaratan kalsium adalah: dinding pembuluh darah!
Bukannya
mendapatkan manfaat positif dari susu, malah mendapat bonus penyakit
yang sangat tidak menyenangkan, yaitu: penebalan dinding pembuluh darah
dan segala akibatnya, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam salah satu
jurnal kedokteran anak oleh Dr. Frank Oski, dalam Upstate Medical Center Department of Pediatrics, USA.
Orang Amerika dan Eropa Utara mengonsumsi 800 mg – 1200 mg kalsium sehari, tapi tetap saja mereka lebih menderita osteoporosis atau keropos tulang dibanding orang Asia dan Afrika yang hanya mengonsumsi 300 mg – 500 mg kalsium per hari.
Mengapa bisa
terjadi? Karena daging merah, gula, tepung dan bahan makanan berupa
bumbu non-alam, justru menyebabkan keasaman darah meningkat!
Untuk menetralisirnya, tubuh mengambil kalsium (yang bersifat alkalis) dari tulang. Sehingga masalah osteoporosis bukanlah bahwa seseorang itu tidak cukup memakan kalsium, melainkan masalahnya adalah mereka kehilangan kalsium.
Dengan demikian,
mengasup lebih banyak kalsium ke dalam tubuh bukanlah jawabannya,
karena Anda justru bisa kehilangan lebih banyak kalsium daripada yang
Anda asup, misalnya dengan tetap memakan daging merah, gula, terigu,
beras, berbagai saus dan kecap produksi pabrik, dan lainnya.
Apabila ekstra
kalsium yang dikonsumsi berasal dari makanan yang mengandung protein
tinggi seperti susu, keju dan es krim, keadaan menjadi lebih buruk
karena makanan ini adalah pembentuk asam yang sangat tinggi. Oleh
karenanya tubuh justru semakin kehilangan kalsium.
4. Susu bukan ASI dapat menyebabkan banyak keburukan
Dari hasil konvensi dunia (World Breastfeeding Week, 1-7 Agustus 2006), Elisabeth Sterken, BSc.MSc Nutritionist INFACT Canada/North America menuliskan bahwa susu bukan ASI dapat menyebabkan:
- Meningkatnya risiko asma.
- Menyebabkan alergi.
- Penurunan perkembangan kecerdasan.
- Peningkatan risiko infeksi saluran napas atas.
- Kekurangan nutrisi yang tidak didapatkan dalam susu non ASI.
- Risiko kanker masa anak.
- Risiko penyakit kronik.
- Risiko diabetes.
- Risiko penyakit kardiovaskuler.
- Risiko kegemukan.
- Risiko infeksi pencernaan.
- Risiko radang telinga.
- Risiko semua efek samping akibat penambahan zat yang tidak semestinya dalam susu bubuk dan susu cair.
Lagi pula, semua susu bukan ASI sudah
mengandung laktosa / gula susu supaya “betah” di lidah anak yang
menyukai rasa manis “tingkat tinggi”, karena yang penting disukai
manusia terutama anak-anak, kan?
Selain itu, mana ada pabrik susu mau
peduli dengan masalah kelebihan karbohidrat buruk? Namun justru tetap
diimbuhi “sukrosa” yaitu gula rantai panjang! Atau “corn syrup” yaitu
gula ‘pembunuh’ nomor satu di Amerika Serikat!
Belum lagi tambahan “perisa”. Apakah anda
paham betul istilah ini? Nama lainnya adalah rasa Sintetis! Dan susunya
pun berasal dari “skimmed, powdered dan milk”.
Bahkan susu cair pun melalui proses skim
dahulu. Anda perlu pun bisa terheran-heran, mengapa susu yang sudah cair
perlu dijadikan bubuk, lalu dibuat ‘cair’ lagi.
Sekitar 30-40 tahun yang lalu, ketika
anak Indonesia mentah-mentah menolak susu karena tidak menyukai bau susu
dan harus ‘dipaksa’ minum, label komposisi susu bubuk cukup tertulis:
WHOLE MILK. Titik.
Risiko whole milk pun membuat
manusia terpaksa seperti sapi sungguhan: gemuk, bodoh, lamban dan
berusia pendek! Semestinya para pakar yang memang mau menyuarakan
tentang susu, sebelumnya perlu mengikuti konvensi dunia serupa yang
memang diselenggarakan bagi para pakar, pengayom kesehatan dan informasi
yang terbaru bagi masyarakatnya.
Konvensi ilmiah yang berkualitas tinggi
dan kredibel tentu diselenggarakan tanpa sponsor pabrik teknologi pangan
atau farmasi yang mempunyai kepentingan di dalamnya!
5. Susu dari sapi memakan pakan buatan, bukan pakan alami
Sebagai tambahan, salah satu pilihan: anda bisa membuka situs Dr. Mercola, mercola.com, ketik “milk”, atau topik apa pun yang anda ingin ketahui di kolom mesin pencari artikelnya.
Anda akan berkelana ke ‘dunia baru’ dan
membaca berbagai hal yang telah diperjuangkan banyak orang pada saat
ini, sementara negara kita masih menjadi ‘keranjang pembuangan’ berbagai
produk yang sudah tidak lagi diterima masyarakat dari tempat produk itu
berasal.
Dr. Tan Shot Yen juga sangat menyesali
kepercayaan dan mitos akan susu ini merasuk di benak ibu-ibu yang hidup
dengan ekonomi pas-pas-an, sehingga ada faham ‘asal anak sudah minum
susu, rasanya aman!’ Padahal gizi anak membutuhkan lebih.
Anak bergigi membutuhkan makanan untuk
dikunyah, dengan sumber karbohidrat-protein-dan lemak yang jauh lebih
tinggi tingkatannya. Bahkan susu yang berasal dari sapi diasup oleh
pakan buatan manusia bernama MBM (Meat-Bone-Meal).
MBM tersebut yang menyebabkan sapi membentuk protein asing bernama “Prion” sebagai cikal bakal sapi gila (mad cow) (Lihat Nyata, edisi II Agustus 08, edisi IV Mei 2008)
Anak-anak kita bertulang dan bergigi kuat
hingga akhir hayatnya karena gaya hidup sehat, bukan minum susu segelas
tiap malam sambil terpana di depan televisi atau game komputer pencuci
otak, dambil dengan lincah memainkan kedua jempol tangan kanan-kirinya.
Lagi pula coba saja pikir, bagaimana bisa
sehat jika susu asli yang seharusnya mudah basi atau busuk, namun dapat
bertahan selama berbulan-bulan dalam kemasan atau bahkan berbentuk
bubuk?
Sangat jelas sekali bahwa itu bukanlah
susu, apalagi susu asli, tapi hanya rasanya saja seperti susu dengan
menambahkan atau memakai perasa susu buatan yang juga berbahaya bagi
kesehatan untuk jangka panjang.
Maka itu, bergaya hidup sehatlah dengan
mengandalkan makanan alam, lepas dari campur tangan industri yang hanya
mementingkan uang dan keuntungan tanpa melihat efek dan resikonya
terhadap tubuh dan kesehatan anda dan juga anak anda, yang justru dapat
memburuk dikemudian hari. Mencegah lebih baik daripada terlanjur
mengobati. Semoga bermanfaat. (sumber: dr. Tan Shot Yen /mercola.com/berbagai sumber)
Pustaka:
– drhyman.com, Milk Is Dangerous for Your Health .
– rense.com, Dangers Of Milk And Dairy Products – The Facts .
Comments